Dari Oprek Radio ke Mesin Belajar Gratis: Inilah Kisah Onno W. Purbo, Jejak Panjang Bapak Internet Indonesia

DAERAH, NASIONAL, TOKOH121 Views

Onno W. Purbo, tokoh hebat yang dimiliki Indonesia, dikenal santai, humoris, dan jauh dari kesan kaku seorang ilmuwan. Julukan Bapak Internet Indonesia melekat erat pada dirinya, namun ia sendiri lebih suka menyebut dirinya hanya sebagai “tukang oprek” ketimbang ahli teknologi. “Sebenarnya saya orang pesawat terbang,” ujarnya suatu kali, tertawa. Di setiap kesempatan, ia tampil sederhana, ringan berbagi cerita, seolah teknologi adalah hal yang bisa dinikmati siapa saja.

Di balik sosoknya yang bersahaja, tersimpan perjalanan panjang yang luar biasa. Sejak remaja, Onno sudah akrab dengan aroma solder dan kabel-kabel berserakan. Tangannya sering menghitam karena percobaan elektroniknya, sementara matanya berbinar setiap kali lampu flip-flop buatannya menyala. Ketekunan itulah yang kelak membawanya pada sejarah besar menjadi salah satu perintis internet di Indonesia.

Sejak kecil, Onno sudah akrab dengan aroma solder dan percikan listrik. Rasa ingin tahunya begitu besar, hingga ia kerap menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk merakit sesuatu. Di bangku SMP, ia sudah berhasil membuat lampu flip-flop lampu kecil yang berkedip bergantian, sederhana tapi penuh kebanggaan bagi remaja seusianya saat itu.

Masuk SMA, minatnya pada dunia teknik semakin menjadi-jadi. Ia mulai merakit glider, pesawat model tanpa mesin, dengan bentang sayap mencapai 1,5 meter. Tangannya sering menghitam karena solder dan serpihan logam, namun matanya selalu berbinar setiap kali percobaan kecilnya berhasil. Tak berhenti di situ, ia juga membuat pemancar radio dengan memanfaatkan tabung-tabung bekas, yang kala itu dianggap barang rongsokan oleh banyak orang.

Onno tak hanya sekadar membuat ia mempelajari prinsip-prinsip teknisnya dengan serius. Ia menggambar sendiri bentuk sayap glider, memahami aerodinamika dasar, dan mempelajari cara kerja tabung radio. Semua dilakukan secara otodidak, didorong rasa ingin tahu yang tak ada habisnya. “Tukang oprek,” begitulah ia menyebut dirinya jauh sebelum dunia menjulukinya sebagai Bapak Internet Indonesia.

Awalnya, Onno tak pernah benar-benar berniat terjun ke dunia teknologi informasi. Cita-cita masa mudanya justru ingin menjadi ahli pesawat terbang, mengikuti jejak sang ayah yang seorang pilot TNI AU. Namun, nasihat orang tua mengubah arah hidupnya ia diminta memilih jurusan elektro. “Sebenarnya saya orang pesawat terbang,” ujarnya suatu kali, tertawa santai, seolah meremehkan gelar Bapak Internet Indonesia yang kini melekat pada namanya.

Meski “terpaksa” masuk elektro, ketertarikannya pada teknologi justru semakin meluas. Saat kuliah di ITB, Onno menjadi salah satu mahasiswa yang aktif bereksperimen. Bersama beberapa teman, ia mencoba mengirimkan data antar komputer menggunakan radio. Perangkatnya sederhana, komputer Apple kompatibel, bukan Apple asli karena harganya mahal disambungkan ke walkie-talkie. Percobaan itu mungkin tampak kecil, tetapi menjadi salah satu fondasi pemikiran awal bahwa data bisa dikirim tanpa telepon kabel.

Puncaknya, bersama rekan-rekannya, Onno menjadi bagian penting dalam sejarah sambungan internet pertama di Indonesia. Pada masa itu, tak ada fasilitas telepon atau jaringan canggih mereka mengandalkan radio dan komputer 286 tanpa harddisk, hanya menggunakan disket. Dari kampus ITB, sinyal radio itu tersambung ke jaringan internet global sebuah capaian luar biasa untuk masa di mana internet masih terdengar asing di telinga masyarakat Indonesia.

Namun bagi Onno, semua itu hanyalah bagian dari kegemarannya bereksperimen. “Internet? Itu cuma keterusan, iseng yang kebablasan,” ucapnya ringan. Tapi “iseng” itulah yang kelak menjadi salah satu tonggak penting perjalanan internet di tanah air.

Bagi Onno, ilmu tidak untuk disimpan rapat-rapat. Ilmu, menurutnya, harus dibagikan seluas mungkin bahkan jika itu berarti tanpa bayaran sepeser pun. Prinsip itu sudah lama ia pegang, dan menjadi alasan mengapa namanya begitu dihormati bukan hanya di dunia teknologi, tetapi juga di kalangan pendidik dan pelajar.

Sejak era eLearning Rakyat, Onno membuka akses belajar bagi siapa saja yang ingin memahami teknologi informasi. Platform yang ia rintis ini menyediakan materi secara cuma-cuma, dari jaringan komputer hingga keamanan siber. Puluhan ribu orang pernah mengaksesnya. Belakangan, ia memindahkan sistem tersebut ke server ITTS (Institut Teknologi Tangerang Selatan), menjadikannya “mesin belajar gratis” yang bisa diakses siapa saja, kapan saja.

Bukan hanya itu, Onno juga aktif membagikan ilmunya lewat YouTube dan ratusan buku elektronik (e-book) yang dirilis bebas unduh. Ia sering bercanda kepada para pengikutnya, “Download saja, bayarnya pakai doa.” Sebuah candaan sederhana, namun mencerminkan ketulusan seorang ilmuwan yang percaya bahwa berbagi ilmu tidak akan membuat seseorang menjadi miskin.

Perannya pun diakui hingga tingkat internasional. Pada 2025, Onno diminta menjadi pembicara di Istana Presiden Timor Leste untuk memberikan arahan pengembangan kecerdasan buatan (AI) di negara tersebut. Meski demikian, ia tetap tampil seperti biasa sederhana, santai, dan tetap dengan gaya bicaranya yang bersahabat.

Dedikasi tanpa pamrih ini membuat Onno dianggap lebih dari sekadar pakar teknologi. Ia adalah pendidik bagi semua orang, tokoh yang memecah sekat antara “ilmuwan” dan “masyarakat awam”, menjadikan teknologi terasa dekat dan mudah dipahami.

Bagi Onno W. Purbo, teknologi bukan sekadar urusan mesin, kabel, atau bahasa pemrograman. Baginya, teknologi adalah jalan untuk membuka kesempatan terutama bagi generasi muda. Pesannya sederhana namun mengena: “Kalau mau duit banyak, kuasai teknologi. Jangan cuma jadi penonton.”

Onno sadar, anak muda saat ini hidup di era serba cepat, di mana informasi berlimpah namun tak semua dimanfaatkan dengan baik. Karena itu, ia selalu berusaha mengajak mereka untuk tidak hanya mengonsumsi teknologi, tetapi juga menciptakan sesuatu dari teknologi itu sendiri. Ia sering memberikan contoh langsung bagaimana AI bisa digunakan untuk menganalisis data UMKM, atau bagaimana aplikasi sederhana di ponsel bisa mengubah cara belajar di sekolah.

Namun di balik semangat itu, Onno selalu menekankan satu hal berbagi ilmu. Menurutnya, kemajuan teknologi baru akan berarti jika digunakan untuk membantu orang lain. Filosofi itulah yang ia buktikan dengan membuka ribuan materi gratis di internet. “Berbagi ilmu itu nggak bikin kita miskin kok,” ujarnya santai.

Bagi generasi muda, sosok Onno bukan hanya guru teknologi, melainkan juga contoh nyata bahwa kesederhanaan bisa berjalan berdampingan dengan kecerdasan. Ia membuktikan bahwa dengan semangat belajar dan kemauan berbagi, siapa saja bisa membawa perubahan besar.

Onno W. Purbo telah lama menjadi simbol semangat berbagi ilmu di Indonesia. Julukan Bapak Internet Indonesia bukan hanya karena perannya dalam merintis jaringan internet di tanah air, tetapi juga karena dedikasinya membuka akses belajar bagi siapa saja. Dari oprekan radio sederhana di masa remaja hingga “mesin belajar gratis” yang kini bisa diakses jutaan orang, jejaknya adalah bukti bahwa teknologi bisa menjadi alat pemberdayaan, bukan sekadar hiburan.

Meski telah melanglang buana, termasuk menjadi pembicara di forum internasional, Onno tetap tampil sebagai dirinya sendiri sederhana, santai, dan tak pernah pelit ilmu. Ia membuktikan bahwa keberhasilan bukan tentang seberapa banyak yang dimiliki, melainkan seberapa banyak yang bisa dibagikan.

Warisan terbesarnya bukan hanya internet yang lebih merata atau buku-buku gratis yang tersebar di dunia maya, melainkan cara pandangnya terhadap ilmu bahwa berbagi adalah bentuk kekayaan yang sesungguhnya. Dan bagi generasi muda, semangat itulah yang akan terus hidup, seperti kata-katanya yang sering ia ulang: “Ilmu itu untuk semua orang. Jangan takut berbagi, karena berbagi justru bikin kita kaya.”

(Yohanes Capelliou Samudra)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *